Senin, 31 Oktober 2011

BEDAH KARYA

Menikmati Lukisan Figuratif
karya MARWAN ABDULLAH

Ketertarikan terhadap perempuan dan kehidupannya tertangkap dari karya-karya Marwan Abdullah. Lukisannya konsisten dengan tema kehidupan perempuan terutama perempuan masa kini. Karya-karya Marwan Abdullah bercorak gemerlap dengan warna-warna kontras dan menggairahkan.

Kehidupan perempuan masa kini baginya adalah suatu hal yang menarik yang wajib untuk diabadikan dalam bentuk karya seni. Perempuan masa kini bukan lagi dianggap sebagai objek semata, namun telah masuk kedalam ruang bathinnya. Intuisinya mengalir tatkala sebidang kanvas dan seporsi cat acrilyc tertuang di atas sebuah palet. Perlahan-lahan namun pasti, tangannya menyapu habis lembaran putih itu dengan warna-warna yang didominasi warna primer, sapuan kuasnya dengan spontan membentuk figur-figur perempuan-perempuan masa kini yang telah terekam di dalam ruang bathinnya.

Mari kita coba menikmati satu persatu karya Marwan Abdullah ini, dengan fikiran yang sederhana namun kita harus berselancar lebih jauh untuk dapat menyentuh alam fikiran sang pelukisnya. Bentuk figur yang telah disederhanakan mengajak kita untuk menikmati karya visual  ini dengan mudah, sebab Marwan Abdullah telah menyajikannya dengan gamblang dan jelas. Tanpa harus meminta sang pelukisnya untuk bercerita panjang lebar tentang konsep berkaryanya. Kita tangkap dulu saja apa yang terpampang dan tersaji, kemudian baru kita sedikit merenung untuk menangkap pesan apa yang ingin disampaikan oleh sang pelukis.



Pelukis lulusan IKIP Jakarta ini setidaknya terpengaruh dengan aktifitasnya pada saat masih menjadi mahasiswa. Karikatur sebagai pilihan hatinya dalam beraktifitas membuat sang pelukis ini mengenal betul akan bentuk anatomi manusia terutama anatomi wanita. Baginya bukan sesuatu yang luar biasa untuk menggambarkan bentuk tubuh manusia sekali gus ekpresi wajah yang ingin dia tampilkan.

Lukisan ini bisa dibilang sebagai Modern Arts, semua ini karena pilihan tema, bentuk dan warna yang sedikit memberontak dari kaidah-kaidah seni murni yang ada selama ini. Demikianlah sedikit ulasan tentang karya lukis Marwan Abdullah, semoga dapat memperbesar apresiasi masyarakat terhadap Seni Lukis. Untuk Marwan Abdullah janganlah berhenti berkarya, tetap semangat dan makin kreatif! Selamat menikmati...... (pangestu69@gmail.com) 

Jumat, 28 Oktober 2011

ARTIST GOES TO SCHOOL

Salah stu misi dari Komunitas Perupa Kota Tua adalah membangun karakter berkesenian yang mandiri dan bermartabat. Banyak potensi yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia, seperti yang tampak pada siswa-siswa sekolah Talenta-Jakarta. Sekolah ini adalah sekolah khusus dan peserta didiknya juga adalah anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus.

 

Ketika anggota komunitas mengunjungi sekolah ini, kami sangat kagum dengan hasil karya siswa-siswi sekolah ini. Lukisan karya mereka mempunyai karakter yang jelas dan murni. Karya mereka lebih memperlihatkan jati diri sedikit intervensi sehingga karya yang dihasilkan berbeda dengan karya anak-anak pada umumnya. Doktrinasi pengajar hampir tidak berlaku bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus ini. Memori di otaknya banyak menyimpan data sehingga perlu banyak penyaluran, itu sebabnya pengajar di sekolah ini hanya perlu menciptakan suasana enjoy agar siswa dapat dengan tenang mengungkapkan apa yang bertumpuk di dalam otaknya. (@pangestu69@gmail.com)





Minggu, 23 Oktober 2011

DISKUSI FILSAFAT SENI


Filsafat Spinoza 
dan proses berkarya Picasso



Picasso mengatakan “Alam lebih kuat dari pada manusia terkuat sekalipun” sementara Spinoza mengatakan ”Tuhan itu Alam, Alam itu Tuhan”.

            Picasso adalah seorang pelukis Kubisme yang banyak mengadopsi fikiran-fikiran Spinoza. Sedangkan Spinoza adalah seorang filosof dari kalangan Yahudi di Amsterdam, yang dibuang dari lingkungannya karena gagasan-gagasannya yang bertentangan dengan kaum Kristen dan Yahudi itu sendiri. Salah satu pernyataan adalah bahwa Kristen dan Yahudi hanya dihidupkan oleh dogma yang kaku dan ritual lahiriah.

            Atas dasar itulah kami Komunitas Perupa Kota Tua mencoba menelaah hal tersebut dengan pemikiran-pemikiran sebagai orang Timur dan mayoritas  pemeluk Islam, melalui sebuah acara diskusi yang merujuk pada filsafat Spinoza, Proses berkarya dam pandangan Picasso dalam tulisan Christian zervos.

            Diskusi Filsafat seni ini diadakan di sebuah tempat di daerah Condet - Jakarta Timur, pada Jum’at malam 10 Juni 2011 yang dihadiri lebih dari 20 anggota Komunitas. Hadir dalam kesempatan itu, Bambang Sutrisno yang merupakan salah satu tokoh pelukis Jakarta .

            Acara Diskusi di awali dengan pernyataan Pembicara   yaitu : “Ada sindiran yang mengatakan bahwa tidak ada yang lebih berbahaya dari alat-alat perang di tangan di tangan para Jenderal, tidak ada yang lebih berbahaya dari kuas di tangan pelukis, tidak ada yang lebih berbahaya dari pada keadilan di tangan para hakim. Mungkin kalau dilanjutkan relefansinya tidak ada yang lebih berbahaya dari pada sinetron di tangan produser dsb.”

            Seperti yang dikatakan Clive Bell, seorang filsuf seni modern, seni adalah Significant form (bentuk bermakna). Jadi sapuan kuas sang pelukis adalah interprestasi sebagian jiwanya yang dituangkan ke dalam kanvas,  dan ketika menjadi sebuah karya maka karya itu akan mempengaruhi pandangan hidup penikmatnya.

            Ketika Spinoza mengatakan “Melihat dengan perspektif keabadian” disitu jelas sedikit banyak Spinoza terpengaruh kitab-kitab suci keagamaan atau secara kebetulan pikirannya sedang menyerempet ke titik kebenaran yang hakiki. Walaupun sebenarnya Spinoza di saat yang berbeda menolak dogma-dogma kitab/keagamaan tertentu. Seorang Islam bisa merasakan bahwa dimanapun kamu menghadap disitu wajah Tuhan. dalam bahasa Tasawuf “Satu dalam penyaksian”

            Melukis tidak salah sejauh melihat dari perspektif keabadian,  relefansi dari pendapat Spinoza. Dalam proses berkarya Picasso, konvensi bukan yang nomor satu tapi spontanitas dulu, baru konvensi mengikuti. Ini ada kesamaan dalam konsep berkarya  Nasar (tokoh pelukis Indonesia). Nasar mengatakan “Non Teknik”, melukis dengan spontanitas begitu saja mengikuti intuisi, menghindari konvensi atau pertimbangan-pertimbangan pemikiran.

            Pertanyaanya : Ketika tangan pelukis bergerak menyapukan kuasnya kesana kemari secara spontan apakah bergerak begitu saja? Apa ada sesuatu yang menggerakkan? Kalau memang ada yang menggerakkan siapa dia? Apakah pelukisnya sendiri, apakah setan, ataukan yang Maha Perkasa dan maha Halus? Pengetahuan manusia terbatas, pengetahuan Tuhan tidak terbatas.


            Maka tidak semua apa yang di katakan seorang filosof adalah suatu, kebenaran Spinoza mengatakan alam adalah Tuhan, Tuhan adalah alam. Bambang Sutrisno  mengatakan : “Tuhan ya Tuhan , makhluk ya makhluk” (sesuai dengan surat Annas di dalam Al-Quran). Menurut Picasso yang tahu sejarah adalah Tuhan, manusia hanya menyusun sejarah. Kubisme  bukan diciptakan tapi sudah merupakan suatu  kecendrungan ungkapan yang ada di dalam diri. Picasso memulai melukis dengan spontanitas lalu konverensi (pertimbangan akal) mengikuti. Bentuk yang dibuat  ditutup dengan bentuk yang lain warna yang hadir ditutup dengan warna yang lain, begitulah seterusnya sampai sebuah karya dianggap selesai akan tetapi bentuk atau warna yang telah hilang sebenarnya tidak hilang namun hanya berpindah tempat itulah yang disebut kecenderungan jiwa. Menurut picasso dia menyelesaikan tulisannya dengan merusak bentuk awal atau warna awal dan seterusnya. Tapi menurut Bambang Sutrisno istilah yang lebih tepat sebenarnya Picasso bukan merusak bentuk akan tetapi membangun irama.

            Khalil Gibran mengatakan : “Ketika kita merasa bodoh disitu datang kemulian”. Dalam hal ini mungkin Picasso ingin bicara moral/kerendahan hati (Achmad Syahri Peserta diskusi) selanjutnya picasso mengatakan keindahan tidak ada di akademi, kalau mau mengerti seni dengarkan saja suara burung. Islam melarang kultus individu, dalam surat Al-Baqoroh Allah berfirman ”Sembahlah Tuhanmu sebagai mana kamu mengagung-agungkan nenek moyangmu”.

            Menurut Pembicara, manusia sangat suka mengagung agungkan nenek moyangnya yang pada akhirnya  sebenarnya ingin mengagungagungkan dirinya sendiri. Manusia itu misterius, ada hubungan makrokosmos, makrokosmos dan Tuhan. Tidak ada kultus individu, yang ada penghormatan sesama manusia. Begitu kata Bambang Sutrisno, hanya Tuhan yang patut dipuji dan di agungkan, mungkin itulah yang disebut dalam Islam ”Tauhid”. Pada akhirnya Picasso pun mengatakan ”kamu tidak mengerti apa-apa” (Karena semua pengetahuan milik Tuhan). Begitulah kalau kita memandang dari prespektif keabadian. Intuisi jadi bisa diatur, mereka yang menafsirkan lukisan lebih sering berada dijalan yang keliru. Tuhan lebih tahu soal akademis dari pada guru-guru akademis.     

            Dalam pandangan Islam seni adalah fitrah, yaitu pembawaan sejak seorang anak manusia lahir (Casjiwanto peserta diskusi). Tanggung jawab pelukis bukan sama galerinya atau apapun, tapi tanggung jawab pada yang maha tahu (perspektif keabadian). Picasso melukis dengan penemuan-penemuan baik bentuk, warna, dll. Picasso mengatakan “saya tidak menjual apapun pada diri saya” kalau dalam Islam mungkin artinya keikhlasan. Melukis dengan ikhlas tanpa pujian atau apapun. Sebagai Ilustrasi : ada seorang yang membuat perahu untuk menyebrangi sungai tapi karena bagusnya perahu sehingga kemanapun ia pergi perahu itu diseret-seret untuk dapat pujian.
            
        Abstrak dimulai dari sesuatu tapi sesuatu itu bisa nyata bisa juga keterangan. Kalau sesuatu yang di lukis berasal dari keterangan seperti firman Tuhan dalam kitab suci, berarti lukisan abstrak yang tercipta adalah abstraknya abstrak.

     Affandi dan Picasso sama-sama melukis dengan spontanitas ekspresinya, tapi dalam lukisan Affandi tidak ada penghilangan bentuk dan warna. Sedangkan pada lukisan picasso selalu ada penghilangan bentuk dan warna walau pun pada akhirnya bentuk atau warna yang hilang tidak hilang tapi hanya berpindah tempat. Itulah kecenderungan jiwa di akhir diskusi bambang sutrisno mengatakan : Filsafat adalah spekulasi sedangkan kitab suci adalah hukum Tuhan. Sepertinya membantah spinoza yang mengatakan “alam adalah Tuhan, Tuhan adalah alam. (sugeng eka pangestu)

PAINTING TOGETHER ALA "KOTA"

Painting together adalah kegiatan yang akan dilakukan secara berkala. Kegiatan ini sebagai wujud kepedulian terhadap apresiasi seni dalam masyarakat. Di Indonesia kegiatan outdor di bidang seni sangat jarang dilakukan, pameran lukisan dan kegiatan seni lainnya dilakukan di dalam ruangan dan terkesan eksklusive sehingga masyarakat umum tidak mudah dan enggan untuk mengakses kegiatan ini.

Kegiatan melukis bersama ini dilakukan di halaman Musium Sejarah Jakarta dan di adakan di hari Minggu, ini sengaja dilakukan pada saat tempat wisata ini banyak dikunjungi masyarakat. Kegiatan ini juga mendapat respon dari berbagai pihak, Majalah Eksekutif salah satunya yang telah meliput dan mempublikasikan kegiatan ini dan telah diterbitkan pada bulan Juni 2011.


Jumat, 27 Mei 2011

MENIKMATI SPONTANITAS SKETSA ACHMAD SYAHRI

Achmad Syahri

Tatapan mata dan gerakan tangannya terkadang tak pernah bertumpu satu titik dalam bidang kanvas. Ketika matanya menatap tajam objek lukisnya, maka diwaktu yang sama tangannya bergerak menuangkan apa yang dilihatnya melalui sapuan kuasnya. Hatinya yang telah mengatur kemana mata melihat dan kemana tangan bergerak.

Musium Seni Rupa & Keramik


Sapuan kuas besarnya biasanya mengawali ritual sketsanya dengan campuran air yang lebih, hasilnya sebuah lumuran cat dengan warna tipis dan transparan. Warna-warna muda dan cerah yang dipilihnya sebagai dasar sketsa maupun lukisannya mencerminkan suasana hatinya yang lebih terasa ceria dan tanpa beban. Sesuai dengan temperamennya yang mudah terlihat, dia lebih enerjik dibanding pelukis pada umumnya, sehingga sering terlihat seolah tanpa banyak berfikir untuk menciptakan sebuah karya.

Di setiap kesempatan, pada saat dia membuat sketsa ataupun melukis dapat kita bandingkan dia lebih cepat dibanding pelukis yang pernah saya temui. Sebenarnya bukan hal kecepatannya yang harus kita perhatikan namun lebih dari sebuah hasrat berekspresi yang menggebu-gebu yang dia simpan dalam bathinnya. Saya sendiri lebih suka menyebutnya sebagai pelukis yang "super produktif". 

Pelabuhan Sunda Kelapa
Museum Seni Rupa & Keramik

Pelabuhan Sunda Kelapa
Tulisan ini bukanlah bahasa Kuratorial untuk mengkritisi atau memuji karya seseorang, tapi tulisan ini tidak lebih dari ungkapan hati sebagai sesama pelukis, lebih pas-nya ini hanya sebuah bahasa kekaguman. Ibarat sebuah Gunung, Achmad Syahri menyimpan banyak lahar panas yang harus segera dimuntahkan dalam bentuk karya. Good Job and Good Luck....sahabatku. (Sugeng Eka Pangestu)


Kamis, 26 Mei 2011

"MELUKIS BERSAMA dalam SATU KANVAS"

Melukis Bersama dalam Satu Kanvas, mungkin bukan sesuatu yang luar biasa di dunia seni lukis. Namun kegiatan semacam ini bagi kami adalah sesuatu yang ingin terus di lakukan. Sesuatu yang dilakukan secara bersamaan tidaklah semudah yang dibayangkan, secara filosofis kegiatan ini mempunyai makna yang luar biasa, karena dialamnya membutuhkan suatu ke-sinergi-an, kesabaran, kearifan dan kepekaan diantara pelukis.

Ketua & Wakilnya melakukan goresan pertama
Melukis bersama dalam satu kanvas ibarat mengelola sebuah negara, kanvas kami ibaratkan sebuah negara, yang terdiri wilayah-wilayah yang setiap wilayah selalu ada penguasanya. Seorang pelukis ibarat seorang penguasa wilayah, dan setiap penguasa wilayah harus menyelesaikan tugasnya selama dia menjabat. Pelukis dalam kegiatan ini harus menjalankannya dengan penuh kesabaran, sebab banyak hal yang akan terjadi yang akan menguji kesabarannya. Kesikut, lukisannya terinjak, terguyur cat, atau mungkin mukanya tersiram cat. Tanpa kesinergian makan impian untuk menciptakan lukisan yang berukuran 8 x 1.5 meter itu tidak akan pernah terwujud. Demikian pula dalam mengelola negara, jika setiap pimpinan wilayah (Gubernur atau Bupati) hanya memupuk arogansi tanpa kesabaran, atau curang tanpa kepekaan terhadap permasalahan maka yang terjadi ada "Uang Rakyat" yang terbuah sia-sia.

Peserta melukis bersama, masing-masing bebas memilih tempat.
Satu hal lagi yang harus kita catat bahwa ada sebuah goresan dari hati yang tulus, yang akan dicatat dalam sejarah kesenirupaan Indonesia. Kami Komunitas Perupa Kota Tua telah berbuat hal yang positif, menyenangkan, membangkitkan semangat, memberi pencerahan terhadap masyarakat namun tidak menyakitkan siapapun. Semoga hasil lukisan bersama itu akan menjadi saksi sejarah yang dibuat dengan fasilitas yang apa adanya. Semoga......

Berfikir keras di tengah panas
Serius & Semangat....
Santai namun pasti!
Spontan & Ekspresif

"ON THE SPOT" PAINTING

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh anggota "Komunitas Perupa Kota Tua" adalah melukis langsung diatas kanvas dan berinteraksi langsung dengan objek lukisannya. Kegiatan melukis bersama di lokasi merupakan salah satu kegiatan dalam rangka melatih empati sang pelukis terhadap objek lukisnya. Dengan demikian kepekaan terhadap lingkungan akan senantiasa terus terpupuk di kalangan pelukis-pelukis yang tergabung dalam Komunitas ini.

Melukis "on the spot" di halaman Museum Seni Rupa & Keramik
Melukis "on the spot" cukup mendapat respon positif dari pengunjung Kawasan Kota Tua, terutama anak-anak sangat tertarik dan ingin sekali bergabung untuk melukis bersama. Begitu juga dengan anak-anak jalanan yang kebetulan banyak berkeliaran di kawasan ini. Pengurus Komunitas ini sebetulnya punya gagasan posotif untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak jalan untuk belajar melukis, buktinya dengan membagikan puluhan lembar kertas dan meminjamkan beberapa spidol dan pensil warna mereka dengan senang langsung memanfaatkan kesempatan ini.

Melukis "on the spot" kedepannya akan dijawalkan bukan saja di kawasan kota tua saja melainkan di tempat-tempat dimana terdapat hal-hal yang memiliki nilai estetika, seperti bangunan-bangunan tua yang tersebar di lima wilayah kota Jakarta. Salah satunya antara lain Stasiun Tanjung Priok, Stasiun Jatinegara, dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda lainnya.

Semoga dengan bantuan dan dukungan dari masyarakat Komunitas ini dapat memberi stimulus kepada masyarakat untuk berapresiasi terhadap situs-situs bersejarah dan sekali gus dapat berapresiasi terhadap seni lukis khususnya yang telah diciptakan oleh seniman-seniman Jakarta. Sebab seni tetaplah harus bersifat universal dan tetap harus dapat dinikmati oleh semua kalangan termasuk anak-anak jalanan dan tuna wisma. Jika pameran lukisan yang berkualitas selalu diadakan di Hotel-hotel berbintang, di galeri-galeri mewah dan tempat-tempat eksklusif lainnya, maka masyarakat kelas bawah tidak mungkin dapat mengaksesnya.

Demikianlah semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Tujuan mulia hanya tersimpan di dalam hati bila tidak segera diwujudkan walau dengan fasilitas yang seadanya. Bersama ini pula kami seluruh anggota Komunitas Perupa Kota Tua mengucapkan terimakasih kepada Kepaala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua dan Kepala Museum Sejarah Jakarta yang telah memberikan ijin kepada kami untuk melakukan kegiatan positif ini. 


Ajul Jiung bersama pelukis lain sedang ber

KOMUNITAS PERUPA KOTA TUA (KOTA)




Sekilas tentang
Komunitas Perupa Kota Tua


Komunitas Perupa Kota Tua adalah komunitas yang terdiri dari para perupa dari berbagai latar belakang dan usia yang mempunyai tekad bersama untuk turut ambil bagian dalam perkembangan sejarah kesenirupaan di Indonesia dan dunia. 

Melalaui kegiatan-kegiatan kesenirupaan komunitas ini berusaha membangun kebersamaan, persaudaraan dan solidaritas diantara perupa. Yang dikemudian hari diharapkan terbangun karakter perupa-perupa Indonesia yang kuat dan mandiri.

Komunitas ini dibentuk pada hari Minggu, 24 April 2011, yang dihadiri oleh sekitar 25 orang perupa.


Visi : 

Mengemban nilai-nilai kebersamaan, melestarikan budaya bangsa yang mandiri 
dan berkarakter melalui kegiatan-kegiatan berkesenian.


Misi

Mengisi, membangun dan melestarikan nilai-nilai budaya yang positif 
dan bertanggung jawab.


SUSUNAN PENGURUS

Dewan Pembina :
1. Tri Sabariman
2. Mochtar Effendi
3. Tri Yuli Prasetyo

Ketua :
Achmad Syahri

Wakil Ketua :
Casjiwanto

Sekretaris :
Sugeng Eka Pangestu

Bendahara :
Marwan Abdullah
Sahuri


Kepala Bidang :

1. Bidang Komunikasi & Promosi
- Tubagus Tajul Arifin
- Sana Rosdiana

2. Ekhsibisi & Kegiatan
- Wawan Rahmawan
- Didin Wahyudin
- Randi Febrian

3. Pelatihan & SDM
- Tubagus Patoni
- Dasep  Abdillah

4. Humas
- Ahmad Nasrullah
- Husni Abdurrahman

5. Riset & Pengembangan 
- Agus Sulaiman
- Khotibul Umam